Jumat, 05 September 2014

Bacan Oh Bacan

Dari sekian banyak kekayaan alam yang dihadirkan di Maluku Utara, adalah bacan sebuah nama pulau, nama kerajaan, sekaligus juga nama batu mulia yang telah melambungkan namanya ke mancanegara. Untuk yang terakhir itu, bacan sebagai nama jenis batu mulia telah tersohor hingga ke luar negeri bukan hanya di masa sekarang melainkan sejak abad pertengahan dimana kawasan ini menjadi pusat rempah-rempah dunia.

Meski pamor batu bacan menguat beberapa tahun belakangan di kalangan peminat batu mulia namun sebenarnya orang di kawasan empat kerajaan Maluku (Terante, Tidore, Jailolo, dan Bacan) sudah mengetahui jauh sebelumnya. Nama pulau penghasil batu bacan sendiri adalah Pulau Kasiruta. Akan tetapi, penisbahan nama bacan diawali dari tempat pertama kali batu itu diperdagangkan, yaitu Pulau Bacan yang tidak seberapa jauh jaraknya dari Pulau Kasiruta.
 
Batu bacan merupakan 'batu hidup' karena kemampuannya berproses menjadi lebih indah secara alami ataupun cukup dengan mengenakannya setiap hari dalam bentuk cincin, kalung, ataupun kepala sabuk. Batu bacan dengan inklusi atau serat batu yang banyak secara perlahan akan berubah menjadi lebih bersih (bening) dan mengkristal dalam waktu bertahun-tahun.

Sebagai contoh, batu bacan warna hitam secara bertahap mampu berubah menjadi hijau. Tidak cukup berproses sampai di situ, berikutnya batu ini masih bisa berubah lagi dalam proses 'pembersihan' sehingga menjadi hijau bening seperti air. Untuk mempercepat proses tersebut  biasanya pemilik batu bacan akan terus-menerus memakainya hingga berubah warnanya.

Tidak hanya mampu 'hidup' berubah warna secara alami, batu bacan juga untuk beberapa jenis dapat menyerap senyawa lain dari bahan yang melekatinya. Seperti sebutir batu bacan hijau doko yang dilekatkan dengan tali pengikat berbahan emas mampu menyerap bahan emas tersebut sehingga bagian dalam batunya muncul bintik-bintik emas.
Kemampuan batu bacan yang berubah warna secara alami dan mencerap bahan melekatinya itulah yang membuat pecinta batu mulia di luar negeri dari China, Arab, dan Eropa tercengang dan kagum terhadapnya. Selain itu, batu bacan juga memiliki tingkat kekerasan batu 7,5 skala Mohs seperti batu jamrud dan melebihi batu giok. Dengan keistimewaan dan keunggulan batu bacan itulah banyak pecinta batu mulia dari luar negeri memburunya sejak tahun 1994. Di Indonesia sendiri batu ini baru popular belakangan sejak 2005 dimana sekarang harganya sangat mahal serta kurang logis bagi orang awam.
Batu bacan  
Penambangan batu bacan sendiri di Pulau Kasiruta tidaklah mudah karena perlu penggalian tanah hingga lebih dari 10 meter. Penambang batunya perlu mencari di tanah terdalam demi mencari urat-urat galur batu bacan. Meski lebih identik dengan warna hijau, batu bacan sebenarnya memiliki ragam warna lain seperti kuning tua, kuning muda, merah, putih bening, putih susu, coklat kemerahan, keunguan, coklat, bahkan juga beragam warna lainnya hingga 9 macam.
Batu bacan diketahui telah menjadi perhiasan hampir setiap warga sejak masa empat kesultanan (Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan) di Maluku Utara, baik itu oleh pria maupun wanita. Bahkan, batu bacan terbaik menjadi penghias mahkota para sultan yang masih ada hingga saat ini seperti pada mahkota Kesultanan Ternate. Sering pula batu ini menjadi hadiah bagi tamu yang menyambangi pulau-pulau di Maluku. Tahun 1960 saat Presiden Soekarno berkunjung ke Pulau Bacan dihadiahi warga di sana berupa batu bacan. Presiden SBY juga sempat menghadiahi Presiden Amerika Serikat, yaitu Barrack Obama berupa cincin batu bacan saat berkunjung ke Indonesia.
Apabila Anda menyambangi Ternate, Tidore, Jailolo, atau pun Pulau Bacan maka pastikan mendapatkannya untuk sebuah cenderamata. Akan tetapi, perlu kecermatan memilih atau mintalah saran orang yang memahaminya terkait keasliannya. Hindari pula membeli batu bacan 'mati' yang dibentuk jadi mata kalung atau mata cincin dimana terkadang batu tersebut tidak akan proses lagi.
Batu bacan
Sebagai panduan singkat bahwa jenis batu bacan berkualitas yang umum dikenal dan beredar di pasaran ada dua, yaitu bacan doko dan bacan palamea. Bacan doko kebanyakan berwarna hijau tua sedangkan bacan Palamea berwarna hijau muda kebiruan. Nama palamea dan doko sendiri diambil dari nama desa di Pulau Kasiruta. Kedua desa tersebut memiliki deposit batu bacan cukup banyak selain di desa Imbu Imbu dan Desa Besori. Batu bacan sendiri merupakan jenis batu krisokola yang kebanyakan berwarna hijau kebiruan. Kekerasan awal batu ini berkisar antara 3-4 pada skala Mohs. Batu Bacan berkualitas adalah yang telah mengalami proses silisifikasi sehingga kekerasannya mencapai 7 pada skala Mohs. Batu bacan yang sudah memproses alami akan terlihat mengkilat dan keras ketika sudah diasah

Solar Aceh













Perut bumi Aceh ternyata menyimpan kekayaan yang melimpah. Selain minyak, gas, bijih besi dan logam mulia --yang memang sudah dieksploitasi besar-besaran-- yang paling diburu sekarang adalah batu mulia, Giok. Batu alam bernilai tinggi dengan kualitas paling bagus itu ada di kawasan pegunungan Singgah Mata, Nagan Raya. Bagaimana jejak perburuan dan proses eksploitasi batu mulia itu di kawasan hutan lindung tersebut? Serambi merekamnya dalam beberapa laporan berikut.
LUBANG-LUBANG bekas galian dengan kedalaman yang bervariasi tampak bertebaran. Pecahan-pecahan batu besar berserakan di lereng bukit. Beberapa pohon sepertinya sengaja direbahkan untuk memudahkan truk keluar-masuk. Namun, siang itu, suasana di sekitar lokasi tersebut tampak sepi. Tak tampak aktivitas apa pun.
Padahal, beberapa hari sebelumnya, wilayah pegunungan Singgah Mata yang juga termasuk kawasan hutan lindung, ramai oleh hiruk-pikuk para pencari batu giok. Saat Serambi ‘menyusup’ ke kawasan ini, pekan lalu, para pencari batu memang sedang ‘tiarap’. Soalnya, beberapa hari sebelumnya Pemkab Nagan Raya menerjunkan tim untuk menyetop eksploitasi batu alam di sana. 
Para pencari batu berasal dari berbagai kawasan di Aceh. Bahkan banyak juga yang berasal dari Sumatera Utara. Beberapa warga desa di sekitar Gunung Singgah Mata, kini juga berbalik profesi: Dari petani/pekebun menjadi pencari batu alam.
Untuk mencapai kawasan itu tak terlalu sulit. Dari pinggir Jalan Nasional Ladia Galaska, butuh waktu sekitar 20 menit mencapai kawasan tersebut dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer. Cuma cuaca pada siang hari sering bermasalah.
Sebagai kawasan hutan lindung yang masih menyisakan tutupan vegetasi yang cukup baik, hujan sering turun di siang hari. Saat bertandang ke sana pekan lalu, wartawan Serambi juga kesulitan memotret detail. Hujan lebat disertai kabut memaksa Serambi cepat kembali.
 Menggiurkan  
Hasil penelusuran Serambi, bisnis penambangan batu giok ini sangat menggiurkan. Satu bongkah batu seukuran genggaman tangan misalnya, bisa dihargai sampai Rp 800 ribu. Jika berhasil menurunkan satu truk, seperti dilakukan beberapa pihak selama ini dengan menjualnya ke Medan, maka bisa meraih rupiah sampai Rp 250 juta.

JAKARTA - Batu giok Aceh yang berasal dari Nagan Raya berhasil terjual dengan harga fantastis, Rp 2,5 miliar, dalam pameran “Indonesia Gamestone” di Jakarta. Batu yang sudah diolah dalam bentuk mata cincin berbagai ukuran itu diborong oleh pengusaha Taiwan.

Teuku Fadli, sang pemilik batu, mengatakan, itu adalah penjualan rekor tertinggi untuk batu giok Aceh. “Pembelinya dari Taiwan. Mereka borong semua koleksi batu Aceh yang kalau disatukan seluruhnya memiliki berat 2,5 kg,” kata Teuku Fadli yang dipanggil “Kopral Jendral” saat ditemui Serambi di Plaza Batu Jatinegara, Jakarta, Jumat (6/6).

Sejak 2013, batu giok Aceh mulai berkibar di kancah batu nasional. Ini ditandai dengan diraihnya predikat juara dalam pameran “Gamestone Indonesia” dan diikuti juara dua dalam pameran serupa pada 2014.

Teuku Fadli menjelaskan, perjuangan masuknya batu Aceh di kancah batu nasional dilakukan sejak 2008. Tapi baru berhasil pada 2013. “Dulu batu Aceh tidak pernah dilirik. Selalu disebutkan batu ‘sungai dare’ dari Sumatera Barat. Padahal batu Aceh lebih unggul dari batu Sumbar,” kata Teuku Fadli.

Hasil penelitian laboratorium, batu Aceh memiliki keunggulanuntuk dua hal, yaitu kekeristalan dan kekerasannya, mencapai 7 skala, sedangkan batu Sumbar 6,5 skala mouse. Teuku Fadli sedang memperjuangkan masuknya giok Aceh ke dalam Gemologis International of America, yaitu lembaga yang mengakui batu dunia. “Sampai sekarang Indonesia belum masuk dalam data mereka,” kata Fadli.

100 Ton
Teuku Fadli yang rutin menggelar ‘open house giok’ di Jakarta mengatakan, batu yang didagangkan di Jakarta berasal dari Nagan Raya. Ia memprediksi saat ini di Ibukota terdapat 100 ton batu giok, tapi yang benar-benar kelas super masih terbatas.

Fadli menyarankan batu yang dibawa ke Jakarta sebaiknya diolah di Aceh. Fadli sendiri menggosok batunya di Banda Aceh. Dekgam dan Win, adalah dua orang penggosok batu terbaik yang berdomisili di Punge Banda Aceh. “Jangan lupa, penggosok batu terbaik ada di Aceh,” katanya.(fik)
“Biasanya mereka menyelundupkan dengan truk pada malam hari. Sudah ada tauke yang menunggu di Medan,” kata seorang warga yang tinggal tak jauh dari kawasan hutan lindung tersebut.
Sedangkan penambang tradisional mengolah bongkahan-bongkahan batu kecil menjadi cincin, dengan kisaran harga antara Rp 50.000 hingga Rp 300.000 per cincin. Jika belum sempat diolah pun, batu ini masih dihargai sampai Rp 100 ribu per kilogram.
Tak mudah menambang batu yang dinilai juga punya kekuatan magis ini. Menurut cerita seorang pekerja, batu alam yang berkualitas baik tertimbun jauh di dalam tanah. Kedalamannya tak kurang dari 30 meter. “Memang ada juga yang mudah diambil dan menyembul ke atas, namun jumlahnya sedikit,” kata dia.
Itu sebab, sebagian warga menggunakan becho untuk memecahkan batu-batu itu sebelum diangkat ke atas. Tentu saja butuh modal besar jika harus menggunakan alat berat. Sebagian warga lainnya mendapatkan batu bernilai itu dengan menyusuri sungai-sungai. Pencarian model begini tak butuh modal. Cukup mengekstrakan tenaga dan membuka mata lebar-lebar untuk memilah batu permata yang tersembunyi di balik jutaan kerikil. 
 Banyak yang terlibat 
Penambangan batu alam di lokasi ini disebut-sebut dikontrol langsung oleh tauke yang merupakan warga turunan asal Medan, Sumatera Utara. Sang tauke juga disebut-sebut ikut dibekingi oleh aparat. Beberapa unit alat berat juga sering dikirim ke kawasan hutan lindung itu untuk mendukung penggalian batu alam tersebut. Itu sebabnya, banyak orang yang tidak yakin penambangan ilegal ini bisa dihentikan. 
“Penambangan batu alam di kawasan hutan lindung tersebut memang sulit dikendalikan. Pasalnya, sebagian besar warga di kawasan ini telah menjadikan lahan tersebut sebagai mata pencaharian, karena pendapatan yang diperoleh sangat menjanjikan. Selain itu, orang-orang berpangkat juga terlibat,” kata seorang warga.(*)


Batu Bulu Monyet

Batu Mulia dan Informasinya
Beberapa tahun yang lalu, pasar batu mulia Indonesia cukup dikagetkan dengan adanya penemuan sebuah batu permata yang terlihat cukup unik dan memiliki fenomena berupa inklusi di permukaannya yang terlihat ‘bergerak-gerak’ ketika adanya sorotan cahaya. Opini pun berkembang luas tentang jenis batu tersebut yang sebenarnya. Ada dua warna, pertama berwarna hitam dengan kilatan emas keabu-abuan dan yang satunya berwarna hijau dengan kilatan putih. Yang berwarna hitam adalah ‘Bulu Macan’ dan yang berwarna hijau adalah ‘Bulu Monyet’.
DSC_0921 copy(1)
Natural Tiger’s Glass
Tiger's glass
Inklusi di Permukaan
Masih teringat ketika pertama kalinya Kami menerima sample ‘Bulu Macan’ untuk diteliti, kami pun cukup kesulitan dalam mencari referensi yang memadai dari sumber-sumber yang dapat di percaya, namun pada akhirnya setelah kami rasa referensi yang didapatkan sudah cukup, maka kami pun memberikan hasil untuk batu tersebut adalah Pietersite Quartz. Lain halnya dengan batu yang warna hijau, ‘Bulu Monyet’ tadi yang meskipun menyita waktu untuk diteliti namun pada akhirnya cukup memuaskan, karena kami berhasil menemukan kriteria identik yang merujuk terhadap batu dengan jenis Seraphinite.
Seraphinite copy(1)
Seraphinite
Sebagian para penggemar Batu Mulia di Indonesia mengira bahwa keduanya adalah batuan yg sama, namun setelah melakukan penelitian demi penelitian, maka Kami menyimpulkan bahwa keduanya adalah batuan yang berbeda. Meskipun merupakan hal yang wajar jika ada yang mengira bahwa ‘Bulu Macan’ dan ‘Bulu Monyet adalah jenis batuan yang sama dikarenakan memang adanya ‘kemiripan’ karakter satu sama lainnya. Ada dua komponen utama yang meyakinkan kami bahwa keduanya adalah batu yang berbeda; Pertama, struktur bahan (rough) serta inklusi keduanya berbeda jauh, dan yang kedua, adalah ‘hardness’ atau ‘kekerasan’, secara mengejutkan, ‘Bulu monyet’ atau Seraphinite memiliki hardness yang cukup rendah jika dibandingkan dengan ‘Bulu macan’, yang pada awalnya kami sebut Pietersite Quartz tersebut.
Kami tidak berhenti dalam menggali informasi mengenai kedua jenis batuan tersebut, terutama ‘Bulu Macan’. Kami pun melakukan inisiatif untuk menghubungi GIT Thailand dan menjelaskan kepada mereka mengenai hal ini. Pada akhirnya mereka tertarik dan meminta kami mengirimkan kedua sample batu tersebut. Sekitar satu minggu setelah sampai ditangan mereka, mereka pun menginformasikan kepada kami bahwa hasil mereka untuk ‘bulu monyet’ sama dengan kita yaitu Seraphinite. Namun tidak untuk ‘bulu macan’, mereka meminta waktu yang lebih panjang untuk jenis yang satu ini. Kami pun memberikan izin dengan harapan mereka dapat membantu kami, serta memberikan hasil penemuannya. Dua minggu pun berlalu ketika mereka akhirnya kembali menghubungi kami dan mereka menyatakan belum dapat menemukan hasil yang cocok untuk batuan jenis apapun dan karena itu mereka tidak dapat memberikan opini maupun jawaban, ini hal yang wajar dikarenakan dunia Batu Mulia itu memang cukup luas dan masih terus berkembang, akhirnya Kami pun semakin penasaran dan bertekad untuk menemukan hasil yang tepat untuk ‘bulu macan’ ini.
Setelah itu, kami- Adam Harits G.G, Jesse Taslim G.G, Mingma Sherpa G.G., D.G.I., Louis Nova G.G, serta Warren Serrie G.G sebagai gemologist yang mewakili GRI Lab kembali melakukan riset secara intensif dengan penuh determinasi tinggi agar publik mendapatkan informasi serta pengetahuan yang akurat akan batu ‘bulu macan’ ini. Penelitian kami dikagetkan ketika kami menemukan salah satu ciri dari Natural Glass didalam Bulu Macan ini. Kami sendiri masih sulit untuk mempercayai penemuan terbaru yang kami lakukan. Dari banyaknya referensi yang kami pelajari, ternyata ciri-ciri dari Natural Glass yang lebih spesifik lagi adalah Basaltic Glass bisa dikatakan identik dengan batu ‘Bulu Macan’ yang sedang kami teliti ini, mulai dari Refractive Indexnya, Spesific Gravity, serta kandungannya.
conchoidal structure 2(1)
Struktur
Salah satu staff ahli gemologist kami, Mr. Mingma Sherpa, G.G. , D.G.I, menghubungi guru besarnya yang merupakan pimpinan dari Gem Testing Laboratory (GTL) yang tepatnya berada di Jaipur India (anda dapat mencari di google jika ingin tahu lebih lanjut mengenai Laboratory ini) dan membeberkan cerita mengenai hal ini dari awal sampai pada tahap hasil penemuan kita yang terakhir. Beliau pun merasa tertarik untuk meneliti yang pada akhirnya kami pun mengirimkan beberapa buah sample, baik bahannya maupun yang sudah di poles. Beberapa minggu kemudian kami mendapat email dari beliau menjelaskan bahwa beliau sependapat dengan kami bahwa ‘Bulu Macan’ adalah salah satu jenis dari Natural Glass yang lebih tepatnya lagi disebut Basaltic Glass dan merupakan jenis dari Natural Glass yang cukup langka dengan kandungan silika 50%.
choncoidal structure(1)
Struktur
A027 - 20140226_150221 copy(1)
Inklusi di Permukaan
Ini lah hasil riset terkini yang kami lakukan, dapat kami pastikan bahwa ‘Bulu Macan’ adalah Basaltic Glass yang pada akhirnya kami sebut sebagai ‘Natural Tiger’s Glass’. Kami memutuskan untuk memberikan nama tersebut dikarenakan kami sangat memperhatikan terhadap kelangsungan batuan asal Indonesia ini khususnya di pasar domestik dan pada umumnya untuk pasar Internasional. Kami khawatir jika hanya memberikan nama sebagai Basaltic Glass saja, penghargaan terhadap kekayaan batu mulia Negara tercinta ini menjadi berkurang. Kami rasa pemberian nama ini cukup tepat dan dapat digunakan oleh semua pihak.
Tiger's eye Glass
Tiger’s Glass Raman (GTL Jaipur)

(GRI-Lab)
Kaca (glass) telah menjadi yang paling populer dan paling umum digunakan untuk menjadi tiruan (imitasi) dari banyak batu permata. Ia Memiliki kemampuan untuk meniru di hampir seluruh karakter batu permata, mulai dari transparan sampai tidak transparan, dan memungkinkan di seluruh warna. Berlian, Rubi, Safir, Zamrud, Chalcedony, Chrysocolla, dan lain lain hanya beberapa nama saja yang bisa ditiru oleh Kaca (glass). Namun, mengidentifikasinya tidak terlalu menyulitkan dibandingkan batuan sintetik, Kaca (glass) bisa langsung dikenal dikarenakan adanya tanda inklusi seperti gas bubble (gelembung udara), swirl marks (tanda swirl), crystal (kristal) dan defretification (defretifikasi). Jika inklusi inklusi tersebut tidak terdapat maka fisik properties seperti refractive index (indeks bias) dan specific gravity (berat jenis) bisa membantu dalam mengidentifikasinya.


gas bubble
Gas Bubble
swirl marks
Swirl Marks
defretification
Defretification & Crystal
Macam-Macam Kaca (Glass) yang dibentuk menjadi Batu Permata
http://jessetaslim.files.wordpress.com/2014/07/abc-copy.jpg?w=300&h=148
A. Cats Eye Glass dengan berat 9.22 ct, refractive index 1.50 dan specific gravity 2.59, dengan inklusi yang berada di permukaan yang disebut dengan “honey comb” untuk menghasilkan efek chatoyancy (cats eye).
Honey Comb Pattern
Honey Comb Pattern
B. Color-Change Glass dengan berat 3.01 ct, refractive index 1.55 dan specific gravity 2.86, Kaca yang dipanaskan bersamaan dengan beberapa macam logam dapat menghasilkan efek color change.
 C. Composite Glass dengan berat 5.09 ct, refractive index tidak terbaca dikarenakan permukaan kurang sempurna dan specific gravity 2.10, beberapa kaca (glass) yang berbeda warna lalu ditempel menjadi satu.
def copy
D. Goldstone Glass dengan berat 9.19 ct lalu refractive index 1.48 dan specific gravity 2.35, Goldstone adalah sebuah jenis kaca yang menghasilkan efek kemilauan di permukaannya yang terbuat dari potongan tembaga.
Copper in Goldstone Glass
Copper in Goldstone Glass
E. Glass dengan berat 11.93 ct refractive index yang tidak terbaca dan specific gravity 2.52, Glass ini memang dibuat dan dibentuk agar bisa meniru Natural Moldavite (Tektite).
F. Glass dengan berat 1.075 ct dengan inklusi gas bubble, concoidal fracture, dan swirl marks. Ketika bahan ini datang, ada beberapa bagian yang mengandung unsur tanah sehingga memberi kesan bahwa bahan ini memang datang/diambil dari dalam Bumi.
Elongated Gas Bubble
Elongated Gas Bubble
http://jessetaslim.files.wordpress.com/2014/07/ghi-copy.jpg?w=300&h=148
G. Glass dengan berat 16.67 ct, refractive index 1.52 dan specific gravity 2.48, memiliki inklusi gas bubble.
Gas Bubble
Gas Bubble
H. Glass dengan berat 17.90 ct, refractive index 1.55 dan specific gravity 2.20, dengan tampilan zona warna yang berlapis dapat memudahkan untuk memisahkannya dengan batuan Natural.
I. Glass & Quartz Doublet dengan berat 9.29 ct, refractive index 1.73 di bagian atas (crown) dan 1.54-1.55 di bagian bawah (pavilion) dan tentu specific gravity yang akan berbeda dengan keduanya. Glass & Quartz Doublet adalah gabungan dua buah batu yaitu Glass dan Quartz menjadi 1 buah batu permata.
Glass & Quartz Doublet
Glass & Quartz Doublet
Foto diatas menunjukan adanya separasi di pinggang (girdle) sehingga inklusi Quartz yang dibawah tidak bisa mencapai bagian atas, Hal ini dilakukan untuk meniru Emerald, Green Quartz, atau Moldavite.
Seperti yang sudah kami terangkan diatas bahwa Kaca (glass) memiliki banyak warna, sehingga memungkinkan untuk meniru batu permata apa saja. Kaca (glass) yang dibentuk untuk meniru Moldavite, bongkahan bahan (biasanya datang dengan sebutan Obsidian), Chalcedony, dan Chrysocolla in Chalcedony adalah yang paling sering datang di Lab kami selama ini.
Jesse Taslim G.G
Posted in artikelInklusi10 Comments
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa treatment bisa dilakukan di hampir seluruh batu permata natural. Treatment biasanya  dikhususkan pada batu permata yang berkualitas rendah untuk mengimprovisasi tampilan (warna dan kejernihan) dan meningkatkan daya tahan (durability) permata tersebut. Saat ini  treatment juga dapat dilakukan agar batuan tertentu menjadi imitasi dari batuan lainnya, contohnya treatment “Dyed” pada Quartzite, hal ini dilakukan agar Quartzite tersebut bisa memiliki tampilan yang menyerupai Emerald, Chalcedony, Jade, dan lain-lain. Khusus untuk artikel ini kami akan menerangkan tentang treatment di sintetik korundum yang dibuat dengan cara “flame-fusion”.
Dalam beberapa dekade ini, metode treatment tidak hanya dilakukan untuk batu permata natural saja, tapi juga sudah dapat dilakukan untuk batu permata sintetik. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi para pelaku pasar karena batu permata sintetik dengan treatment dapat menyerupai seperti batu permata natural. Bahkan batu permata sintetik dengan treatment sudah masuk ke dalam market secara massal dan dalam beberapa kasus, batu permata sintetik bisa saja bercampur di dalam satu parcel dengan batu permata natural.
Meningkatkan warna dan kejernihan
Proses pemanasan ( Heat treatment) yang dilakukan pada kristal batu permata sintetik tidak hanya untuk meningkatkan warna saja, tapi juga bisa untuk menambahkan kejernihannya dengan “menyingkirkan” gelembung gelembung udara (gas bubble), selain itu proses pemanasan ini juga dapat lebih meleburkan konsentrasi warna melengkung (curve color),  yang memang seharusnya menjadi ciri khas dari inklusi batu permata sintetik. Hal ini tentu juga menjadi tantangan bagi para gemologist.
gas bubbleCurve color zoning
Batu permata sintetik tidak memiliki inklusi !
Ini merupakan persepsi umum bagi para pelaku pasar bahwa batu permata sintetik tidak akan memiliki inklusi (yang terlihat dengan mata). Persepsi seperti ini sebenarnya bisa memperdaya, dikarenakan sekumpulan gelembung udara yang rapat dapat saja terlihat seperti “cloud of silk” inklusi yang terdapat di dalam batu permata natural.
sintetik Ruby
Menambahkan inklusi
Batu permata sintetik di treatment heat dengan suhu disekitar 1.000 sampai 1.200 derajat celcius untuk 3 sampai 4 jam lalu di celupkan ke dalam air yang dingin. Perubahan suhu yang ekstrim ini dapat menghasilkan keretakan di dalam kristal yang sampai ke permukaan dan terlihat seperti inklusi “finger print” bagi yang belum terlatih, akan tetapi bagi yang sudah terlatih maka inklusi ini diberi label dengan “Quench Crackled”.
Quench Crackle
Setelah batu permata sintetik memiliki karakter diatas (Quench Crackled) maka akan di treatment heat kembali disekitar 1.200 sampai 1.400 derajat celcius selama 72 jam dengan sebuah material seperti Borax. Ketika material ini meleleh lalu memasuki celah-celah yang terbuka dan akhirnya dapat merapat lalu mengering di keseluruhan celah-celah (cracks) sehingga terlihat hampir sama persis dengan inklusi yang terdapat di batu permata natural.
synthetic CorundumInduced Fingerprint
FluxFlux
Jesse Taslim G.G
Seluruh anggota dari keluarga Beryl memiliki komposisi kimia beryllium aluminium cyclosilicate, Beryl murni adalah colorless (tidak berwarna) yang dikenal dgn nama Goshenite, namun adanya unsur lain yg bercampur ketika proses lahirnya sebuah Beryl itu yg kemudian membuatnya memiliki warna lain. Seperti contohnya chromium dan vanadium untuk Emerald, iron untuk Aquamarine dan Golden Beryl, dan manganese untuk Morganite dan Red Beryl.
Emerald adalah spesies yang paling terkenal di dalam keluarga Beryl, diikuti oleh Aquamarine, Morganite, dan Golden Beryl. Tapi Emerald bukanlah yg terlangka, label ini dimiliki oleh Red Beryl yg dikenal juga dengan nama Bixbite.
Maynard Bixbi (1853-1935) di tahun 1904 ketika sedang melakukan penambangan di pegunungan Thomas barat dari Utah telah menemukan sebuah kristal yg memiliki warna berbeda dari kristal kristal sebelumnya. Saat itu merupakan hal yg lumrah bagi masyarakat disekitar tambang akan kristal Beryl yg berwarna hijau adalah Emerald dan warna biru adalah Aquamarine dll. Maynard Bixbi, walaupun dia cukup yakin bahwa kristal tsb juga dari keluarga Beryl dengan melihat struktur kristalnya yang tidak berbeda dgn Beryl, namun warna tsb merupakan yg pertama kalinya ditemukan. Akhirnya beliau mengirimkan beberapa sample kepada Profesor W.F Hillebrand seorang ahli geokimia unuk dianalisa lebih lanjut di universitas nasional di Washington dan mengidentifikasikan bahwa ini adalah spesies baru dari keluarga Beryl. Akhirnya di tahun 1912 sebagai sebuah kehormatan bagi penemunya Dr A. Eppler menamakannya dengan Bixbite.
Spesies ini memiliki beberapa nama yg berbeda; Red Beryl, Red Emerald, dan Bixbite. Saat ini nama Bixbite cukup beresiko untuk digunakan menurut konfederasi perhiasan dunia dikarenakan Waynard Bixbi juga menemukan sebuah spesies yg diberi nama BixByte (bukan Bixbite) sebuah mineral yg memiliki komposisi kimia manganese iron oxide (Mn,Fe)2O3 dan dilabelkan nama tsb juga sebagai kehormatan untuk penemunya. Hari ini Red Beryl lebih sering digunakan untuk spesies ini, walaupun sampai saat ini tidak pernah terjadi pelarangan untuk menyebutnya dgn nama nama sebelumnya.
Red Beryl merupakan salah satu spesies langka, sampai saat ini hanya terdapat di 3 tempat yaitu di; pegunungan Wah Wah selatan Utah, pegunungan Thomas di barat Utah dan di daerah Black RangeNew Mexico dan merupakan salah satu spesies langka dari batu permata dunia.
Jesse Taslim G.G (GRI-Lab)
Red Beryl Crystal
Meteor adalah Asteroid kecil dari luar angkasa yg tertarik oleh gravitasi bumi, ketika memasuki atmosfer terjadilah gesekan di udara pada lapisan ionosfer yang menyebabkan Meteor menjadi panas dan terbakar menimbulkan cahaya terang yang sering kita sebut juga dengan bintang jatuh. Materi Meteor tidak lebih istimewa dibanding batuan atau logam dibumi, para ahli menjelaskan bahwa ada 3 jenis Meteor, yaitu yg mengandung logam, batuan, dan campuran keduanya. Untuk jenis logam biasanya mengandung ferum dan nikel, sedangkan yang batuan dapat mengandung kalsium dan magnesium.
Meteorite adalah batu meteor yg berhasil mencapai permukaan bumi, sebuah benturan keras meteorite ketika mendarat di bumi dapat menghasilkan suhu yg sangat panas sehingga dapat melelehkan material yg berada di permukaan bumi dan juga benturan yg keras dapat melontarkannya hingga ribuan kilometer dari lokasi awal benturan tsb.
Tektite adalah istilah umum yg digunakan untuk merujuk kepada batu kaca alami yg terdiri dari Silika di permukaan bumi yg terbentuk oleh dampak dari sebuah benturan keras Meteorite. Silika yg meleleh dan terlempar karena benturan keras lalu mendingin kembali mengkristal sehingga terbentuknya kristal kristal Tektite.
Nama Tektite berasal dari bahasa yunani yaitu “Tektos”yg berarti “meleleh”. Catatan pertama akan tektite diketahui pada zaman dinasti Tang 900 SM. Pada tahun 1950an -60an ilmuwan masih beranggapan bahwa Tektite adalah batuan yg berasal dari luar bumi, banyak dari mereka beranggapan bahwa asal muasal Tektite adalah dari bulan, namun teori ini telah digugurkan oleh para ilmuwan ilmuwan terbaru.
Jesse Taslim G.G (GRI-Lab)
stretch3a
Posted in artikel6 Comments
Peridot merupakan grup Mineral dari Forsterite-fayalite yang memiliki orthorhombic kristal struktur dengan komposisi kimia (Mg,Fe)2SiO4. Sejarah mencatat bahwa konsentrasi deposit pertama terdapat di Laut merah, di sebuah pulau vulkanik bernama Zabargad (St. John), 300 Km arah timurAswan, Mesir. Peridot juga ditemukan di Burma (Myanmar), Srilangka, Australia, Brazil, China, Kenya, Mexico, Pakistan, Afrika Selatan, Norwegia, Amerika, dan Tanzania. Peridot terbesar yg pernah ditemukan dgn berat 319ct berasal dari Zabargad, sekarang Peridot ini berada di Smithsonian Institute di Washington.
Profil:
Warna:Yellowish-green to greenish yellow to brownish-green. Tingkat kejernihan dari transparent sampaitranslucent.
Fenomena:
Star dan Cat’s eye, namun bersifat sangat langka.
Identifikasi:
Karakter optik: DR, biaxial positif atau negatif
Index bias: 1.645-1.690 (+/-.020)
Birefringence: .035 – .038, biasanya .036
Dispersion: .020
Pleochroismweak yellow-green dan green (tercatat untuk yg berwarna gelap)
Spektrum absorpsi: terdapat 3 bands yg berdekatan di 453, 477, dan 497 nm
Sumber warna: Iron
Berat jenis: 3.34 (+.14, -.07)
Tingkat kilau: Vitreous
Hardness: 6 1/2 sampai 7
Toughness: fair to good
Identifikasi karakter: moderate doubling, inklusi seperti piringan disk yg disebut dgn “Lylypads” dan kristal chromite octahedral yg berwarna kehitaman.
Peridot
Sejak ribuan tahun yg lalu manusia sudah mengagumi emerald meskipun ada permata yg berwarna hijau lainnya seperti tourmaline dan peridot, namun emerald sangat dikagumi karena keindahannya. bahkan pulau irlandia disebut pulau emerald, kota seattle di Amerika juga disebut kota emerald, bahkan di thailand ada sebuah ikon religius (arca) yg terbuat dr giok tapi tetap saja di kenal dgn “Emerald’s Budha“.
Sejarah memperkirakan bahwa kaum mesir (egypt) sudah menambang emerald sejak 3500 SM dan terdapat juga adanya bukti adanya aktifitas penambangan di eropa tengah sekitar tahun 500 SM sampai 400 M. konsentrasi penambangan terbesar pada masa itu adalah di Mesir (egypt) sampai abad ke 16, setelah akhirnya penjelajah spanyol menemukan pertambangan yg terbelangkai (oleh suku inca) di Amerika selatan di sebuah daerah yg disebut Colombia, dan sampai saat ini Colombia masih tetap sebagai negara penghasil emerald yg terbaik didunia.
Sampai hari ini, emerald adalah permata terbaik dr seluruh permata yg berwarna hijau, fakta bahwa Amerika serikat meng-import emerald dgn nilai yg lebih tinggi dari batu permata lainnya. bahkan beberapa emerald (kualitas terbaik) bisa menyamai bahkan melampaui harga berlian. di tahun 90 an sebuah emerald seberat 5.16 carat, berwarna “slightly bluish green”, terjual hampir dua kali dari nilai per-caratnya sebuah berlian seberat 5.04 carat, D-color, dgn tingkat kebersihan “Internally flawless”. emerald ini dinilai tinggi tentu dikarenakan keindahan warna hijaunya dan tingkat kebersihannya.
Colombia adalah konsentrasi terbaik hingga saat ini, tambang tambangnya mampu menghasilkan seluruh tingkat (kelas) emerald. MuzoChivor, dan Coscuez mampu menghasilkan dan menyanggupi permintaan dunia akan kualitas emerald yg terbaik dan dalam jumlah yg cukup signifikan.
Colombia, Zambia, Brazil, dan Zimbabwe adalah negara negara yg menyuplai emerald dengan konsisten dan besar kuantitasnya untuk pangsa pasar internasional. Afghanistan, Australia, India,Madagaskar, Pakistan, Rusia, dan Tanzania tidak begitu konsisten sehingga tidak terlalu berpengaruh dalam pasar internasional.
Jesse Taslim G.G (GRI-Lab)
Emerald