Batu Mulia dan Informasinya
Beberapa tahun yang lalu, pasar batu mulia Indonesia cukup
dikagetkan dengan adanya penemuan sebuah batu permata yang terlihat cukup unik
dan memiliki fenomena berupa inklusi di permukaannya yang terlihat
‘bergerak-gerak’ ketika adanya sorotan cahaya. Opini pun berkembang luas
tentang jenis batu tersebut yang sebenarnya. Ada dua warna, pertama berwarna
hitam dengan kilatan emas keabu-abuan dan yang satunya berwarna hijau dengan
kilatan putih. Yang berwarna hitam adalah ‘Bulu Macan’ dan yang berwarna hijau
adalah ‘Bulu Monyet’.
Natural Tiger’s
Glass
Inklusi di
Permukaan
Masih teringat ketika pertama kalinya Kami menerima sample ‘Bulu
Macan’ untuk diteliti, kami pun cukup kesulitan dalam mencari referensi yang
memadai dari sumber-sumber yang dapat di percaya, namun pada akhirnya setelah
kami rasa referensi yang didapatkan sudah cukup, maka kami pun memberikan hasil
untuk batu tersebut adalah Pietersite Quartz. Lain halnya dengan batu yang
warna hijau, ‘Bulu Monyet’ tadi yang meskipun menyita waktu untuk diteliti
namun pada akhirnya cukup memuaskan, karena kami berhasil menemukan kriteria
identik yang merujuk terhadap batu dengan jenis Seraphinite.
Seraphinite
Sebagian para penggemar Batu Mulia di Indonesia mengira bahwa
keduanya adalah batuan yg sama, namun setelah melakukan penelitian demi
penelitian, maka Kami menyimpulkan bahwa keduanya adalah batuan yang berbeda.
Meskipun merupakan hal yang wajar jika ada yang mengira bahwa ‘Bulu Macan’ dan
‘Bulu Monyet adalah jenis batuan yang sama dikarenakan memang adanya
‘kemiripan’ karakter satu sama lainnya. Ada dua komponen utama yang meyakinkan
kami bahwa keduanya adalah batu yang berbeda; Pertama, struktur bahan (rough)
serta inklusi keduanya berbeda jauh, dan yang kedua, adalah ‘hardness’ atau
‘kekerasan’, secara mengejutkan, ‘Bulu monyet’ atau Seraphinite memiliki
hardness yang cukup rendah jika dibandingkan dengan ‘Bulu macan’, yang pada
awalnya kami sebut Pietersite Quartz tersebut.
Kami tidak berhenti dalam menggali informasi mengenai kedua
jenis batuan tersebut, terutama ‘Bulu Macan’. Kami pun melakukan inisiatif
untuk menghubungi GIT Thailand dan menjelaskan kepada mereka mengenai hal ini.
Pada akhirnya mereka tertarik dan meminta kami mengirimkan kedua sample batu
tersebut. Sekitar satu minggu setelah sampai ditangan mereka, mereka pun
menginformasikan kepada kami bahwa hasil mereka untuk ‘bulu monyet’ sama dengan
kita yaitu Seraphinite. Namun tidak untuk ‘bulu macan’, mereka meminta waktu
yang lebih panjang untuk jenis yang satu ini. Kami pun memberikan izin dengan
harapan mereka dapat membantu kami, serta memberikan hasil penemuannya. Dua
minggu pun berlalu ketika mereka akhirnya kembali menghubungi kami dan mereka
menyatakan belum dapat menemukan hasil yang cocok untuk batuan jenis apapun dan
karena itu mereka tidak dapat memberikan opini maupun jawaban, ini hal yang
wajar dikarenakan dunia Batu Mulia itu memang cukup luas dan masih terus
berkembang, akhirnya Kami pun semakin penasaran dan bertekad untuk menemukan
hasil yang tepat untuk ‘bulu macan’ ini.
Setelah itu, kami- Adam Harits G.G, Jesse Taslim G.G, Mingma
Sherpa G.G., D.G.I., Louis Nova G.G, serta Warren Serrie G.G sebagai gemologist
yang mewakili GRI Lab kembali melakukan riset secara intensif dengan penuh
determinasi tinggi agar publik mendapatkan informasi serta pengetahuan yang
akurat akan batu ‘bulu macan’ ini. Penelitian kami dikagetkan ketika kami
menemukan salah satu ciri dari Natural Glass didalam Bulu Macan ini. Kami
sendiri masih sulit untuk mempercayai penemuan terbaru yang kami lakukan. Dari
banyaknya referensi yang kami pelajari, ternyata ciri-ciri dari Natural Glass
yang lebih spesifik lagi adalah Basaltic Glass bisa dikatakan identik dengan
batu ‘Bulu Macan’ yang sedang kami teliti ini, mulai dari Refractive Indexnya,
Spesific Gravity, serta kandungannya.
Struktur
Salah satu staff ahli gemologist kami, Mr. Mingma Sherpa, G.G. ,
D.G.I, menghubungi guru besarnya yang merupakan pimpinan dari Gem Testing
Laboratory (GTL) yang tepatnya berada di Jaipur India (anda dapat mencari di
google jika ingin tahu lebih lanjut mengenai Laboratory ini) dan membeberkan
cerita mengenai hal ini dari awal sampai pada tahap hasil penemuan kita yang
terakhir. Beliau pun merasa tertarik untuk meneliti yang pada akhirnya kami pun
mengirimkan beberapa buah sample, baik bahannya maupun yang sudah di poles.
Beberapa minggu kemudian kami mendapat email dari beliau menjelaskan bahwa
beliau sependapat dengan kami bahwa ‘Bulu Macan’ adalah salah satu jenis dari
Natural Glass yang lebih tepatnya lagi disebut Basaltic Glass dan merupakan
jenis dari Natural Glass yang cukup langka dengan kandungan silika 50%.
Struktur
Inklusi di
Permukaan
Ini lah hasil riset terkini yang kami lakukan, dapat kami
pastikan bahwa ‘Bulu Macan’ adalah Basaltic Glass yang pada akhirnya kami sebut
sebagai ‘Natural Tiger’s Glass’. Kami memutuskan untuk memberikan nama tersebut
dikarenakan kami sangat memperhatikan terhadap kelangsungan batuan asal
Indonesia ini khususnya di pasar domestik dan pada umumnya untuk pasar
Internasional. Kami khawatir jika hanya memberikan nama sebagai Basaltic Glass
saja, penghargaan terhadap kekayaan batu mulia Negara tercinta ini menjadi
berkurang. Kami rasa pemberian nama ini cukup tepat dan dapat digunakan oleh
semua pihak.
Tiger’s Glass
Raman (GTL Jaipur)
(GRI-Lab)
Kaca (glass) telah menjadi yang
paling populer dan paling umum digunakan untuk menjadi tiruan (imitasi) dari
banyak batu permata. Ia Memiliki kemampuan untuk meniru di hampir seluruh
karakter batu permata, mulai dari transparan sampai tidak transparan, dan
memungkinkan di seluruh warna. Berlian, Rubi, Safir, Zamrud, Chalcedony,
Chrysocolla, dan lain lain hanya beberapa nama saja yang bisa ditiru oleh Kaca
(glass). Namun, mengidentifikasinya tidak terlalu menyulitkan dibandingkan
batuan sintetik, Kaca (glass) bisa langsung dikenal dikarenakan adanya tanda
inklusi seperti gas bubble (gelembung udara), swirl marks (tanda swirl),
crystal (kristal) dan defretification (defretifikasi). Jika inklusi inklusi
tersebut tidak terdapat maka fisik properties seperti refractive index (indeks
bias) dan specific gravity (berat jenis) bisa membantu dalam
mengidentifikasinya.
Gas Bubble
Swirl Marks
Defretification
& Crystal
Macam-Macam Kaca (Glass) yang
dibentuk menjadi Batu Permata
A. Cats Eye Glass dengan
berat 9.22 ct, refractive index 1.50 dan specific gravity 2.59, dengan inklusi yang
berada di permukaan yang disebut dengan “honey comb” untuk menghasilkan efek
chatoyancy (cats eye).
Honey Comb
Pattern
B. Color-Change
Glass dengan berat 3.01 ct, refractive index 1.55 dan specific gravity
2.86, Kaca yang dipanaskan bersamaan dengan beberapa macam logam dapat
menghasilkan efek color change.
C. Composite Glass dengan berat 5.09 ct,
refractive index tidak terbaca dikarenakan permukaan kurang sempurna dan
specific gravity 2.10, beberapa kaca (glass) yang berbeda warna lalu ditempel
menjadi satu.
D. Goldstone Glass dengan berat
9.19 ct lalu refractive index 1.48 dan specific gravity 2.35, Goldstone adalah
sebuah jenis kaca yang menghasilkan efek kemilauan di permukaannya yang terbuat
dari potongan tembaga.
Copper in
Goldstone Glass
E. Glass dengan berat
11.93 ct refractive index yang tidak terbaca dan specific gravity 2.52, Glass
ini memang dibuat dan dibentuk agar bisa meniru Natural Moldavite (Tektite).
F. Glass dengan
berat 1.075 ct dengan inklusi gas bubble, concoidal fracture, dan swirl marks.
Ketika bahan ini datang, ada beberapa bagian yang mengandung unsur tanah
sehingga memberi kesan bahwa bahan ini memang datang/diambil dari dalam Bumi.
Elongated Gas
Bubble
G. Glass dengan berat
16.67 ct, refractive index 1.52 dan specific gravity 2.48, memiliki inklusi gas
bubble.
Gas Bubble
H. Glass dengan berat
17.90 ct, refractive index 1.55 dan specific gravity 2.20, dengan tampilan zona
warna yang berlapis dapat memudahkan untuk memisahkannya dengan batuan Natural.
I. Glass & Quartz
Doublet dengan berat 9.29 ct, refractive index 1.73 di bagian atas
(crown) dan 1.54-1.55 di bagian bawah (pavilion) dan tentu specific gravity
yang akan berbeda dengan keduanya. Glass & Quartz Doublet adalah
gabungan dua buah batu yaitu Glass dan Quartz menjadi 1 buah batu permata.
Glass &
Quartz Doublet
Foto diatas menunjukan adanya separasi di pinggang (girdle)
sehingga inklusi Quartz yang dibawah tidak bisa mencapai bagian atas, Hal ini
dilakukan untuk meniru Emerald, Green Quartz, atau Moldavite.
Seperti yang sudah kami terangkan diatas bahwa Kaca (glass)
memiliki banyak warna, sehingga memungkinkan untuk meniru batu permata apa
saja. Kaca (glass) yang dibentuk untuk meniru Moldavite, bongkahan bahan
(biasanya datang dengan sebutan Obsidian), Chalcedony, dan Chrysocolla in
Chalcedony adalah yang paling sering datang di Lab kami selama ini.
Jesse Taslim G.G
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa treatment bisa dilakukan
di hampir seluruh batu permata natural. Treatment biasanya dikhususkan pada
batu permata yang berkualitas rendah untuk mengimprovisasi tampilan (warna dan
kejernihan) dan meningkatkan daya tahan (durability) permata tersebut. Saat
ini treatment juga dapat dilakukan agar batuan tertentu menjadi imitasi
dari batuan lainnya, contohnya treatment “Dyed” pada Quartzite, hal ini
dilakukan agar Quartzite tersebut bisa memiliki tampilan yang menyerupai
Emerald, Chalcedony, Jade, dan lain-lain. Khusus untuk artikel ini kami akan
menerangkan tentang treatment di sintetik korundum yang dibuat dengan cara
“flame-fusion”.
Dalam beberapa dekade ini, metode treatment tidak hanya
dilakukan untuk batu permata natural saja, tapi juga sudah dapat dilakukan
untuk batu permata sintetik. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi para
pelaku pasar karena batu permata sintetik dengan treatment dapat menyerupai
seperti batu permata natural. Bahkan batu permata sintetik dengan treatment
sudah masuk ke dalam market secara massal dan dalam beberapa kasus, batu
permata sintetik bisa saja bercampur di dalam satu parcel dengan batu permata
natural.
Meningkatkan warna dan kejernihan
Proses pemanasan ( Heat treatment) yang
dilakukan pada kristal batu permata sintetik tidak hanya untuk meningkatkan
warna saja, tapi juga bisa untuk menambahkan kejernihannya dengan
“menyingkirkan” gelembung gelembung udara (gas bubble), selain itu proses
pemanasan ini juga dapat lebih meleburkan konsentrasi warna melengkung (curve
color), yang memang seharusnya menjadi ciri khas dari inklusi batu
permata sintetik. Hal ini tentu juga menjadi tantangan bagi para gemologist.
Batu permata sintetik tidak
memiliki inklusi !
Ini merupakan persepsi umum bagi para pelaku pasar bahwa batu
permata sintetik tidak akan memiliki inklusi (yang terlihat dengan mata).
Persepsi seperti ini sebenarnya bisa memperdaya, dikarenakan sekumpulan
gelembung udara yang rapat dapat saja terlihat seperti “cloud of silk” inklusi
yang terdapat di dalam batu permata natural.
Menambahkan inklusi
Batu permata sintetik di treatment heat dengan suhu disekitar
1.000 sampai 1.200 derajat celcius untuk 3 sampai 4 jam lalu di celupkan ke
dalam air yang dingin. Perubahan suhu yang ekstrim ini dapat menghasilkan
keretakan di dalam kristal yang sampai ke permukaan dan terlihat seperti
inklusi “finger print” bagi yang belum terlatih, akan tetapi bagi yang sudah
terlatih maka inklusi ini diberi label dengan “Quench Crackled”.
Setelah batu permata sintetik memiliki karakter diatas (Quench
Crackled) maka akan di treatment heat kembali disekitar 1.200 sampai 1.400
derajat celcius selama 72 jam dengan sebuah material seperti Borax. Ketika
material ini meleleh lalu memasuki celah-celah yang terbuka dan akhirnya dapat
merapat lalu mengering di keseluruhan celah-celah (cracks) sehingga terlihat
hampir sama persis dengan inklusi yang terdapat di batu permata natural.
Jesse Taslim G.G
Seluruh anggota dari
keluarga Beryl memiliki komposisi kimia beryllium aluminium cyclosilicate, Beryl murni adalah colorless (tidak
berwarna) yang dikenal dgn nama Goshenite, namun adanya unsur lain yg bercampur
ketika proses lahirnya sebuah Beryl itu yg kemudian membuatnya memiliki warna
lain. Seperti contohnya chromium dan vanadium untuk Emerald, iron untuk
Aquamarine dan Golden Beryl, dan manganese untuk
Morganite dan Red Beryl.
Emerald adalah spesies yang paling terkenal di dalam keluarga
Beryl, diikuti oleh Aquamarine, Morganite, dan Golden Beryl. Tapi Emerald
bukanlah yg terlangka, label ini dimiliki oleh Red Beryl yg dikenal juga dengan
nama Bixbite.
Maynard Bixbi (1853-1935)
di tahun 1904 ketika sedang melakukan penambangan di pegunungan Thomas barat
dari Utah telah menemukan sebuah kristal yg memiliki warna berbeda
dari kristal kristal sebelumnya. Saat itu merupakan hal yg lumrah bagi
masyarakat disekitar tambang akan kristal Beryl yg berwarna hijau adalah
Emerald dan warna biru adalah Aquamarine dll. Maynard Bixbi, walaupun dia cukup
yakin bahwa kristal tsb juga dari keluarga Beryl dengan melihat struktur
kristalnya yang tidak berbeda dgn Beryl, namun warna tsb merupakan yg pertama
kalinya ditemukan. Akhirnya beliau mengirimkan beberapa sample kepada Profesor
W.F Hillebrand seorang ahli geokimia unuk dianalisa lebih lanjut di universitas
nasional di Washington dan
mengidentifikasikan bahwa ini adalah spesies baru dari keluarga Beryl. Akhirnya
di tahun 1912 sebagai sebuah kehormatan bagi penemunya Dr A. Eppler
menamakannya dengan Bixbite.
Spesies ini memiliki
beberapa nama yg berbeda; Red Beryl, Red
Emerald, dan Bixbite. Saat ini nama Bixbite cukup beresiko untuk
digunakan menurut konfederasi perhiasan dunia dikarenakan Waynard Bixbi juga
menemukan sebuah spesies yg diberi nama BixByte (bukan Bixbite) sebuah mineral
yg memiliki komposisi kimia manganese iron oxide (Mn,Fe)2O3 dan
dilabelkan nama tsb juga sebagai kehormatan untuk penemunya. Hari ini
Red Beryl lebih sering digunakan untuk spesies ini, walaupun sampai saat ini
tidak pernah terjadi pelarangan untuk menyebutnya dgn nama nama sebelumnya.
Red Beryl merupakan salah
satu spesies langka, sampai saat ini hanya terdapat di 3 tempat yaitu di;
pegunungan Wah Wah selatan Utah, pegunungan Thomas di barat Utah dan di
daerah Black RangeNew Mexico dan merupakan salah
satu spesies langka dari batu permata dunia.
Jesse Taslim G.G (GRI-Lab)
Meteor adalah Asteroid kecil dari luar angkasa yg tertarik oleh
gravitasi bumi, ketika memasuki atmosfer terjadilah gesekan di udara pada
lapisan ionosfer yang menyebabkan Meteor menjadi panas dan terbakar menimbulkan
cahaya terang yang sering kita sebut juga dengan bintang jatuh. Materi Meteor
tidak lebih istimewa dibanding batuan atau logam dibumi, para ahli menjelaskan
bahwa ada 3 jenis Meteor, yaitu yg mengandung logam, batuan, dan campuran
keduanya. Untuk jenis logam biasanya mengandung ferum dan nikel, sedangkan yang
batuan dapat mengandung kalsium dan magnesium.
Meteorite adalah batu meteor yg berhasil mencapai permukaan
bumi, sebuah benturan keras meteorite ketika mendarat di bumi dapat
menghasilkan suhu yg sangat panas sehingga dapat melelehkan material yg berada
di permukaan bumi dan juga benturan yg keras dapat melontarkannya hingga ribuan
kilometer dari lokasi awal benturan tsb.
Tektite adalah istilah umum yg digunakan untuk merujuk kepada
batu kaca alami yg terdiri dari Silika di permukaan bumi yg terbentuk oleh
dampak dari sebuah benturan keras Meteorite. Silika yg meleleh dan terlempar karena
benturan keras lalu mendingin kembali mengkristal sehingga terbentuknya kristal
kristal Tektite.
Nama Tektite berasal dari bahasa yunani yaitu “Tektos”yg berarti
“meleleh”. Catatan pertama akan tektite diketahui pada zaman dinasti Tang 900
SM. Pada tahun 1950an -60an ilmuwan masih beranggapan bahwa Tektite adalah
batuan yg berasal dari luar bumi, banyak dari mereka beranggapan bahwa asal
muasal Tektite adalah dari bulan, namun teori ini telah digugurkan oleh para
ilmuwan ilmuwan terbaru.
Jesse Taslim G.G (GRI-Lab)
Peridot merupakan
grup Mineral dari Forsterite-fayalite yang memiliki
orthorhombic kristal struktur dengan komposisi kimia (Mg,Fe)2SiO4. Sejarah
mencatat bahwa konsentrasi deposit pertama terdapat di Laut merah, di sebuah
pulau vulkanik bernama Zabargad (St.
John), 300 Km arah timurAswan, Mesir. Peridot juga ditemukan di Burma (Myanmar), Srilangka, Australia, Brazil,
China, Kenya, Mexico, Pakistan, Afrika Selatan, Norwegia, Amerika, dan Tanzania. Peridot terbesar yg pernah ditemukan dgn berat 319ct berasal
dari Zabargad, sekarang Peridot ini berada di Smithsonian Institute di
Washington.
Profil:
Warna:Yellowish-green
to greenish yellow to brownish-green. Tingkat kejernihan dari transparent
sampaitranslucent.
Fenomena:
Star dan Cat’s eye, namun bersifat sangat langka.
Identifikasi:
Karakter optik: DR, biaxial
positif atau negatif
Index bias: 1.645-1.690
(+/-.020)
Birefringence: .035 – .038,
biasanya .036
Dispersion: .020
Pleochroism: weak
yellow-green dan green (tercatat untuk yg berwarna gelap)
Spektrum absorpsi: terdapat 3
bands yg berdekatan di 453, 477, dan 497 nm
Sumber warna: Iron
Berat jenis: 3.34 (+.14,
-.07)
Tingkat kilau: Vitreous
Hardness: 6 1/2 sampai 7
Toughness: fair to good
Identifikasi karakter: moderate
doubling, inklusi seperti piringan disk yg disebut dgn “Lylypads” dan kristal
chromite octahedral yg berwarna kehitaman.
Sejak ribuan tahun yg lalu
manusia sudah mengagumi emerald meskipun
ada permata yg berwarna hijau lainnya seperti tourmaline dan peridot, namun
emerald sangat dikagumi karena keindahannya. bahkan pulau irlandia disebut
pulau emerald, kota seattle di Amerika juga disebut kota emerald, bahkan di
thailand ada sebuah ikon religius (arca) yg terbuat dr giok tapi tetap saja di
kenal dgn “Emerald’s Budha“.
Sejarah memperkirakan bahwa kaum
mesir (egypt) sudah menambang emerald sejak 3500 SM dan terdapat juga adanya
bukti adanya aktifitas penambangan di eropa tengah sekitar tahun 500 SM sampai
400 M. konsentrasi penambangan terbesar pada masa itu adalah di Mesir (egypt) sampai abad ke 16, setelah akhirnya penjelajah
spanyol menemukan pertambangan yg terbelangkai (oleh suku inca) di Amerika
selatan di sebuah daerah yg disebut Colombia, dan sampai saat ini Colombia masih tetap sebagai negara
penghasil emerald yg terbaik didunia.
Sampai hari ini, emerald adalah permata terbaik dr seluruh
permata yg berwarna hijau, fakta bahwa Amerika serikat meng-import emerald dgn
nilai yg lebih tinggi dari batu permata lainnya. bahkan beberapa emerald
(kualitas terbaik) bisa menyamai bahkan melampaui harga berlian. di tahun 90 an
sebuah emerald seberat 5.16 carat, berwarna “slightly bluish green”, terjual
hampir dua kali dari nilai per-caratnya sebuah berlian seberat 5.04 carat, D-color,
dgn tingkat kebersihan “Internally flawless”. emerald ini dinilai tinggi tentu
dikarenakan keindahan warna hijaunya dan tingkat kebersihannya.
Colombia adalah konsentrasi
terbaik hingga saat ini, tambang tambangnya mampu menghasilkan seluruh tingkat
(kelas) emerald. Muzo, Chivor, dan Coscuez mampu menghasilkan dan menyanggupi permintaan
dunia akan kualitas emerald yg terbaik dan dalam jumlah yg cukup signifikan.
Colombia, Zambia, Brazil, dan
Zimbabwe adalah negara negara yg menyuplai emerald dengan konsisten dan besar
kuantitasnya untuk pangsa pasar internasional. Afghanistan, Australia, India,Madagaskar, Pakistan, Rusia, dan Tanzania tidak begitu konsisten sehingga tidak terlalu berpengaruh
dalam pasar internasional.
Jesse Taslim G.G (GRI-Lab)